Para ahli fikih memiliki perbedaan pandangan mengenai keabsahan pelaksanaan umroh atau haji bagi anak kecil. Meskipun mayoritas menyimpulkan bahwa umroh atau haji anak kecil sah, pandangan ini didasarkan pada hadis sahih dari sahabat Abdullah bin Abbas. Dalam hadis tersebut, Nabi Muhammad ﷺ bertemu dengan jamaah haji di Rauha’ dan menyatakan sahnya haji anak kecil tersebut.
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَابْنُ أَبِي عُمَرَ جَمِيعًا عَنْ ابْنِ عُيَيْنَةَ قَالَ أَبُو بَكْرٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ عُقْبَةَ عَنْ كُرَيْبٍ مَوْلَى ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقِيَ رَكْبًا بِالرَّوْحَاءِ فَقَالَ مَنْ الْقَوْمُ قَالُوا الْمُسْلِمُونَ فَقَالُوا مَنْ أَنْتَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ فَرَفَعَتْ إِلَيْهِ امْرَأَةٌ صَبِيًّا فَقَالَتْ أَلِهَذَا حَجٌّ قَالَ نَعَمْ وَلَكِ أَجْرٌ
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Zuhair bin Harb dan Ibnu Abu mar semuanya dari Ibnu Uyainah – Abu Bakr berkata- Telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah dari Ibrahim bin Uqbah dari Kuraib Maula Ibnu Abbas, dari Ibnu Abbas dari Nabi ﷺ bertemu dengan serombongan pengendara di Rauha`, lalu beliau bertanya, “Rombongan siapakah kalian?” mereka menjawab, “Kami rombongan kaum muslimin; dan Anda siapa?” beliau menjawab, “Aku adalah Rasulullah.” Tiba-tiba seorang wanita mengangkat anak kecil dan menghadapkannya kepada Rasulullah seraya bertanya, “Wahai Rasulullah, sudah sahkah haji anak ini?” beliau menjawab, “Sah, dan kamu juga mendapatkan pahalanya.” (HR. Muslim)
Meskipun demikian, pelaksanaan umroh atau haji oleh anak kecil tidak menggugurkan kewajiban umroh atau haji tersebut. Ibadah yang dilakukan oleh anak kecil dianggap sebagai amalan sunah, dan saat anak tersebut dewasa, ia tetap wajib melaksanakan umroh atau haji untuk memenuhi kewajiban Islam.
Dasar atas hal itu adalah hadits berikut ini :
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا حَاتِمُ بْنُ إِسْمَعِيلَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ يُوسُفَ عَنْ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ قَالَ حَجَّ بِي أَبِي مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ وَأَنَا ابْنُ سَبْعِ سِنِينَ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَقَدْ أَجْمَعَ أَهْلُ الْعِلْمِ أَنَّ الصَّبِيَّ إِذَا حَجَّ قَبْلَ أَنْ يُدْرِكَ فَعَلَيْهِ الْحَجُّ إِذَا أَدْرَكَ لَا تُجْزِئُ عَنْهُ تِلْكَ الْحَجَّةُ عَنْ حَجَّةِ الْإِسْلَامِ وَكَذَلِكَ الْمَمْلُوكُ إِذَا حَجَّ فِي رِقِّهِ ثُمَّ أُعْتِقَ فَعَلَيْهِ الْحَجُّ إِذَا وَجَدَ إِلَى ذَلِكَ سَبِيلًا وَلَا يُجْزِئُ عَنْهُ مَا حَجَّ فِي حَالِ رِقِّهِ وَهُوَ قَوْلُ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ وَالشَّافِعِيِّ وَأَحْمَدَ وَإِسْحَقَ
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Hatim bin Isma’il dari Muhammad bin Yusuf dari Sa`ib bin Yazid berkata, “Ayahku membawaku serta berhaji bersama Rasulullah ﷺ pada waktu Haji Wada’ dan aku waktu itu masih berumur tujuh tahun.” Abu ‘Isa berkata, “Ini merupakan hadits hasan shahih. Para ulama telah sepakat bahwa anak kecil yang telah melaksanakan haji sebelum baligh maka setelah memasuki usia baligh dia wajib untuk berhaji lagi dan hajinya yang pertama (sewaktu masih kecil) tidak menyebabkan kewajiban hajinya menjadi gugur. Demikian pula dengan budak belian jika dia haji ketika masih menjadi budak maka dia wajib untuk haji kembali manakala dia sudah merdeka dan memiliki kemampuan untuk menunaikannya. Sementara itu hajinya yang pertama (sewaktu belum merdeka) tidak menyebabkan kewajiban hajinya menjadi gugur. Hal ini juga merupakan pendapat Sufyan Ats Tsauri, Syafi’i, Ahmad dan Ishaq.” (HR. Tirmidzy)